Permainan tradisional anak Betawi bukan sekedar permainan biasa melainkan mengandung unsur-unsur yang mengajarkan kepada anak-anak mengenai nilai-nilai kehidupan. Beberapa dari permainan tradisional anak Betawi memiliki kesamaan dengan permainan tradisional dari daerah lain seperti Jawa Tengah. Contoh permainan Betawi yang sama dengan permainan tradisional Jawa adalah Cublak-Cublak Sueng, di Betawi permainan itu dinamakan Cublak-Cublak Uang. Persamaan permainan tradisional antara daerah Betawi dan Jawa Tengah ini karena dilatar-belakangi oleh faktor sejarah. Sekitar tahun 1628-1629, para prajurit Sultan Agung Mataram melakukan serangan ke Batavia. Pada saat itu banyak prajurit-prajurit Sultan Agung yang akhirnya terdampar di Batavia dan akhirnya menetap disana. Dari merekalah beberapa permainan hadir di Betawi dan diajarkan secara turun temurun.
Jenis dan ragam permainan betawi
1. Bole Gebok
Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak-anak berumur 6 sampai 12 tahun. Dalam permainan ini tidak diperlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya 15 buah buah kaleng susu bekas yang disusun bertingkat dan sebuah bola karet. Permainan ini juga membutuhkan halaman yang cukup luas, biasanya anak-anak menggunakan halaman rumah sebagai tempat bermain.
2. Balap Karung
Aturannya sama seperti lomba lari, namun harus di dalam karung. Peserta bisa berjalan, berlari selama dalam karung, namun meloncat adalah cara yang paling lazim digunakan untuk mencapai garis finish. Antara peserta satu dengan lainnya tidak boleh saling menghalangi atau menubruk. Permainan ini kerap mengundang tawa karena upaya masing-masing untuk menang. Justru tidak terlihat saling berkompetisi karena sesama peserta kerap terlihat saling menertawakan satu sama lain. Soal jatuh itu biasa, bangkit, berdiri, dan terus mencoba hingga sampai garis finish. Nilai kerja keras tercermin di permainan ini, di mana semua pemain berjuang mencapai garis akhir dan juga sportifitas, karena semua pemain menerima kekalahan dengan lapang dada. Sekali lagi, tidak masalah kalah atau menang dalam permainan balap karung, karena kemeriahan dan kegembiraan peserta yang utama.
3. Panjat Pinang
Permainan ini dilakukan di tanah lapang, dengan pohon pinang yang sudah dilumuri minyak agar licin. Di atas pohon terdapat lingkaran yang sengaja dibuat untuk menggantungkan hadiah. Dalam permainan ini, setiap pemain harus berlomba untuk naik ke puncak pohon pinang dan mengambil hadiah berupa macam-macam barang seperti kelontong, sepeda dan yang lainnya. Untuk mengurangi licin pada batang pohon pinang biasanya para pemain akan menggunakan abu gosok atau tali. Permainan panjat pinang ini bisa berlangsung lama dan apabila hadiah-hadiahnya yang tergantung disana sudah hampir habis maka satu pemain hanya berhak mengambil satu hadiah.
4. Gelindingan
Cara bermainnya adalah anak-anak berlomba-lomba menjalankan roda tersebut (baik dengan cara didorong maupun ditarik) dan menjaga keseimbangan agar tetap di lintasan. Permainan ini bisa dilakukan secara individu atau beramai-ramai. Sangat seru jika banyak anak bermain gelindingan dan mereka berlomba-lomba menjaga gelindingan mereka berada di lintasan hingga mencapai garis akhir. Terkadang permainan ini dilakukan sambil mengerjakan kegiatan lain seperti ketika pergi ke warung, mengantar titipan dan sebagainya. Permainan gelindingan juga bisa divariasikan dengan membuat mobil-mobilan sederhana dari kulit jeruk Bali, atau potongan bambu dan papan.
5. Gasing
Pada awalnya, gangsing dimainkan dengan cara melilitkan tali pada paku yang ada pada gasing. Kemudian tali gasing ditarik hingga membuat gasing berputar di arena yang sudah disiapkan. Tidak ada batasan waktu yang tetap untuk bermain gangsing tergantung kapan gasing tersebut akan berhenti berputar.
6. Gundu
Gambar lingkaran kecil di tanah. Semua anak menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran. Lalu semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran, di belakang sebuah garis. Secara bergantian, lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran. Anak yang kelerengnya paling jauh dari lingkaran, boleh main lebih dulu. Dia harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai “Penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran keluar. Kalau berhasil melakukannya, maka ia boleh menyimpan setiap kelereng yang kena jentik. Cara menjentik kelereng: pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Sentilkan kedua jari tepat pada gundu. Kelereng “Penyerang” harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Kalau tidak, maka anak yang memilikinya akan kehilangan kelereng tersebut.
Pemenang adalah anak yang mengumpulkan kelereng atau gundu terbanyak.
kayaknya masih banyak lagi permainan yang belum sempat disebut. cukup untuk mengingatkan kita bahwa masih banyak permainan tradisional yang sangat edukatif dan kreatif.