Mapasilaga tedong adalah tradisi unik para leluhur Tana Toraja yang rutin dilakukan pada saat upacara pemakaman orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, yang biasa mereka sebut sebagai Rambu Solo. Acara Mapasilaga Tedong ini dilakukan sebelum upacara adat di mulai. Puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan di lapangan tempat upacara akan dilaksanakan. Kerbau-kerbau yang akan diadu tersebut kemudian diarak dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di rante (pemakaman). Pada saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian.
Pihak keluarga yang menyelenggarakan Mapasilaga Tedong harus daging babi bakar, rokok dan tuak kepada pemandu kerbau dan para tamu yang datang. Arena adu kerbau harus ditempatkan di sebuah sawah yang luas dan berlumpur atau direrumputan. Untuk Mapasilaga Tedong tidak memakai kerbau yang sembarangan, mereka hanya menggunakan tiga jenis Kerbau yang akan di adu di Mapasilaga Tedong yaitu Kerbau bule atau kerbau albino, kerbau lumpur (hanya ada di Tana Toraja), Kerbau Salepo yang punya bercak hitam di punggung dan Lontong Boke yang memiliki punggung berwarna hitam.
Acara Mapalasilaga Tedong biasanya dilakukan sebelum upacara adat Rambu Solo dimulai. Pada saat inilah puluhan kebau yang akan diadukan dibariskan dilapangan tempat upacara akan dilangsungkan. Namun sebelum kerbau tersebut diadu, biasanya kerbau diarak dengan didahului oleh para pemain gong dan para pembawa umbul- umbul dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di pemakaman atau yang dikenal dengan sebutan rante oleh masyarakat setempat. Dan pada saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiringpun dimainkan. Musik pengiring biasanya berasal dari sejulah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergiliran.
Mapasilaga Tedong dimulai dengan dua kerbau yang diadu dan mereka menghantamkan tanduk mereka ke tanduk lawannya dan saling menjatuhkan satu sama lain. Kerbau yang dinyatakan kalah adalah kerbau yang berlari dari arena Mapasilaga Tedong. Selain itu, ada juga prosesi pemotongan kerbau ala Toraja. Prosesi ini adalah menebasan kepala Kerbau dengan sebuah Parang yang dilakukan dalam sekali tebasan saja.
Bagi masyarakat toraja, Kerbau merupakan hewan yang suci. Dan kerbau yang digunakan untuk Mapasilaga Tedong adalah kerbau yang harganya mencapai ratusan juta rupiah. Namun tidak semua kerbau dapat diikut sertakan pada tradisi Mapasilaga Tedong. Biasanya yang diikut sertakan pada Mapasilaga Tedong ini adalah jenis kerbau bule atau yang biasa disebut degan nama Tedong Bunga oleh masyarakat setempat. Selain kerbau bule, jenis kerbau lain yang diikut sertakan pada Mapasilaga Tedong adalah jenis Kerbau Lumpur atau yang dikenal dengan nama latin Bubalus Bubalis dan kerbau Salepo dan Lontong Boke. Jenis kerbau Lumpur adalah jenis kerbau yang hanya bisa ditemukan di Tana Toraja sedangkan kerbau Salepo adalah jenis kerbau yang memiliki bercak hitam di punggung dan kerbau jenis Lontong Boke adalah kerbau dengan punggung berwarna hitam.